Kamis, 30 Januari 2014

VENTILATOR DI UNIT PERAWATAN INTENSIF

Sejarah Ventilator
  • 1950
    • Ventilator mempunyai andil sangat besar
    • Pada waktu wabah poliomyelitis di Eropa
    • Napas buatan sebelumnya → Ventilasi manual
  • Dg menggunakan V. mekanik mortalitas poliomyelitis → diturunkan dari 80% – 40%
Di UTI (Unit Terapi Intensif)
  • Ventilator →Alat Life Supporting
  • Di USA → 70% – 80% penderita di UTI menggunakan ventilator
  • Di Belgia → > 60%
Kapan Dipasang Ventilator
  • Ventilator → Alat bantu napas karena itu dipasang pd penderita:
Mengalami gagal napas oleh penyebab:
    • Di paru ( Lung edema)
    • Di luar paru
    • SSP
    • Neuromuskuler ( GBS )
    • Rongga dada
    • Jalan napas
    • Jantung
    • Suatu gagal napas → Perjalanan akhir dari suatu penyakit yg tdk dpt pulih kembali → Tidak perlu diberikan ventilasi mekanik walaupun memenuhi kriteria.
  • Ventilasi profilaktik tujuannya:
    • Mempertahankan oksigenasi
    • Eliminasi CO2 yg adekuat
Ventilasi ini dilakukan pd penderita:
    • Pasca bedah
    • Operasi besar seperti:
    • Open heart
    • Operasi thorax
    • Operasi abdominal
    • Craniotomie
Fisiologi Ventilasi Mekanik
    • Pd napas spontan ok kontraksi diafragma & otot interkostalis → rongga dada mengembang & terjadi Tekanan Negatif dlm rongga dada→ maka terjadi aliran udara dari luar masuk ke paru.
    • Aliran udara ini berhenti pd akhir inspirasi
    • Fase ekspirasi → berjalan secara pasif
    • Aliran udara keluar dari paru oleh karea Elastisitas dinding thorak,diafragma, danparu sendiri
Efek pernapasan buatan terhadap:
Kardiovaskular
    • Tekanan positip pd rongga dada menyebabkan: Venous return ↓ → darah yg dipompa di jantung ↓ sehingga cardiac output ↓ → darah yg lewat paru ↓ (akibat tekanan positip) → sehingga darah yg kembali ke jantung kiri juga ↓
    • Pd penderita dg hemodinamik baik, timbul refleks Venokonstriksi → untuk memeras darah vena kembali ke jantung
    • Refleks ini terganggu pd:
    • Keadaan hipovolemik
    • Gangguan saraf simpatis

Efek pd Paru
    • Efek IPPV yg lama & volume besar, Tekanan inspirasi ↑, Konsentrasi oksigen ↑ menyebabkan:
    • Compliance ↓
    • Atelektase
    • Kerusakan membran alveoli kapiler
    • Oedem paru
    • Kerusakan surfaktan
    • Maldistribusi gas
    • Pe ↑ v/q mismatch
    •  FRC
Efek pd organ lain
  • Efek IPPV →COP ↓ → Aliran darah ke hepar, ginjal, splankhnic ↓ ↓
Pd Ginjal terjadi:
  • Retensi air & garam ok pe ↑ sekresi ADH & Aldosteron → menyebabkan produksi urine ↓↓
Efek perubahan asam basa
  • Ventilasi yg besar menyebabkan:
  • Hipokarbia
  • Alkalosis respiratorik → menyebabkan
  • Pe↓ CO
  • Vasokonstriksi cerebral
  • Meningkatkan afinitas oksigen Hb
Modes of Ventilation
  • Pd dasarnya ada 3 golongan
  • Controlled Ventilation
  • Assist – Control
  • Support Ventilation
Controlled Ventilation
  • Penderita harus tidak bernapas, dpt krn:
  • Memang tidak mampu bernapas
  • Dilumpuhkan pusat napas, dng cara:
  • Hiperventilasi
  • Pemberian sedatif berat
  • Narkotik
  • Dilumpuhkan otot napasnya
  • Dg pelumpuh otot
  • Semua pernapasan diambil oleh mesin dlm bentuk:
  • Volume atau
  • Pressure controlled
  • Bila tdk ada tombol pengatur trigger, bila penderita bernapas spontan → tabrakan dg ventilator (tidak sinkron)
  • Bila ada pengatur trigger sistem menjadi → Assist-Controlled Ventilation
Assisted Controlled
  • Penderita sudah ada aktivitas napas
  • Bila penderita mampu mentrigger ventilator → tiap inspirasi dibantu oleh mesin sesuai setting sedangkan frekuensi sesuai dg napas penderita
  • Bila penderita tdk mampu men-trigger maka ventilasi & frekuensi dari mesin sesuai setting
Support Ventilation
  • Penderita harus ada aktivitas napas g mampu men-trigger ventilation
  • Ventilator akan mensupport napas penderita dg:
  • Pressure atau
  • Volume atau
  • Flow
  • Support umumnya diberikan waktu inspirasi, tapi dpt juga pd seluruh siklus
  • Bila penderita tidak bernapas → ventilator tidak memberikan support ventilasi
  • Pemilihan mode ventilator disesuaikan dg:
  • Kondisi penderita
  • Penyakit penyebab
  • Sehingga terjadi nteraksi yg optimal antara ventilator & penderita dg side effect yg minimal, dg demikian tercapai tujuan pemberian ventilasi mekanik yaitu → pertkaran gas yg adekuat
Controlled Mechanical Ventilation (CMV)
Dpt berupa:
  • Volume Controlled Ventilation (VCV)
  • Pressure Controlled Ventilation (PCV)
Volume Controlled Ventilation
  • Mesin memberikan:
  • Volume gas yg telah ditentukan tanpa memperhitungkan berapa besar tekanan jalan napas yg akan menyertai.
  • Setelah volume yg dikehendaki tercapai → maka fase inspirasi berubah ke fase ekspirasi
Pressure Controlled Ventilation
  • Mesin memberikan:
  • Tekanan jalan napas tertentu sesuai setting tanpa memperhatikan berapa besar volume yg terjadi.
  • Setelah tekanan yg ditentukan tercapai maka fase inspirasi berubah ke fase ekspirasi
Resiko
Pd Volume Controlled Ventilation:
    • Penderita dg compliance yg rendah & resistance yg tinggi → untuk mencapai volume yg dikehendaki akan menghasilkan tekanan inspirasi yg besar → bahaya barotrauma
    • Dg batasan tekanan yg dikehendaki, tidak menghasilkan volume tidal yg cukup → sehingga dpt terjadi → Hipoventilasi
Untuk menghindari hal diatas ventilator canggih dilengkapi dengan:
  • PRC = Pressure Regulated Volume Control
    • Yg akan memberikan volume yg dikehendaki tanpa menghasilkan tekanan inspirasi yg tinggi
  • CMV dpt menyebabkan:
  • Barotrauma
  • Venous return ↓
  • Cardiac output ↓
  • Aliran darah ke rongga abdomen ↓
  • Aliran darah ke paru ↓
  • Fibrosis paru
  • v/q terganggu
  • Atrofi otot napas
  • Indikasi CMV:
  • Apnea
  • Depressi SSP
  • Overdosis obat
  • Gangguan neuromuskuler (Guillan Barre Syndrome, Myasthenia Gravis, Polio, Patah Tulang Cervical)
Pressure Support Ventilation
(PSV)
  • Penderita hrs bernapas & mempunyai kekuatan inspirasi yg mampu men-trigger ventilator → maka ventilator akan memberikan bantuan Constan Pressure setiap inspirasi.
  • Mode ini
  • Berdiri sendiri
  • Kombinasi dg SIMV
  • Umumnya digunakan untuk Weaning / pasien asma
Intermitten Mandatory Ventilation (IMV)
    • Penderita bernapas spontan, mesin memberikan mandat ventilasi sesuai setting yg telah ditentukan
    • Bila keadaan membaik, frekuensi mandat ventilasi diturunkan sedikit demi sedikit → shg penderita diberi kesempatan napas spontan yg lebih banyak sampai akhirnya lepas dari mesin
Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
    • Modifikasi IMV dimana mesin memberikan mandat ventilasi atas trigger dari inspirasi penderita (jadi sinkron dg inspirasi)
  • Mode ini dipakai untuk menyapih (weaning) dari CMV
Keuntungan SIMV :
    • Tidak memerlukan sedativa maupun pelemas otot
    • Mengurangi baritrauma krn frekuensi rendah
    • Venous return & COP tidak terganggu
    • Otot pernapasan terlatih
Positive End Expratory Pressure (PEEP)
  • Tekanan jalan napas dipertahankan positip pd akhir ekspirasi
    • PEEP diberikan: Bila dengan FiO2 yg adekuat (0,6) tidak mendapatkan PaO2 yg memadai (<60 mmHg)
  • PEEP memperbaiki oksigenasi krn:
    • Membuka alveoli yg kollaps
    • Meningkatkan FRC

  • Pd oedem paru PEEP digunakan:
    • Melawan tekanan hidrostatik
    • Mendorong cairan dari alveoli ke kapiler
  • PEEP yg biasa digunakan: 5-15 cmH2O
  • PEEP > tinggi dari itu:
    • Me ↑ tekanan intrathorakal
    • Me ↓ venous return
    • Me ↓ COP (cardiac output)
  • Hati-hati pd penderita hipovolemia
  • PEEP
    • Me ↓ aliran darah ginjal
    • Me ↑ tekanan intrakranial
    • Resiko barotrauma
Pengelolaan Penderita dg Ventilator
  • Penderita harus dilakukan intubasi endotrakheal
    • Setelah pipa endotrakheal terpasang baik → lanjutkan pemberian naas buatan dg pompa manual dulu sambil mengevaluasi permasalahan
  • Kemudian teruskan dg CMV (Contolled Mechanical Ventilation) dg setting:
    • Tidal Volume: 8-10 ml/kgBB
    • Volume tidal relatif lebih besar untuk:
  • Membuka alveoli yg kollaps
  • Mengurangi shunting
    • Frekuensi     : 10 – 15 x/menit
    • I : E Ratio    : 1:2 atau 1:3 pd COPD / Asma
    • FiO2 1.0 (100%)
  • Setelah berlangsung 15 – 30 menit → periksa Gas Darah
  • Dari hasil ini ditentukan:
  • Mode ventilator
  • Volume semenit (TV x Frekuensi)
  • IE ratio
  • FiO2
  • Pakai PEEP atau tidak
Penderita Fighting
  • Cari kemungkinan penyebab:
  • Hipoksemia
  • Hiperkarbia oleh adanya obstruksi parsial sekret
  • Pneumothorak
  • Nyeri
  • Kerusakan ventilator atau tubingnya
  • Akibat fighting:
  • Ventilasi tdk terkoordinasi
  • Kebutuhan oksigen meningkat
  • Resiko komplikasi meningkat
  • Untuk mencari penyebabnya dilakukan pompa manual dg 100% oksigen, bila yakin tidak ada masalah ventilasi dapat diberikan:
  • Sedativa (diazepam, midazolam) atau
  • Obat pelumpuh otot atau
  • Narkotik (morphin)
Komplikasi pemasangan ventilator yg hrs diwaspadai
Infeksi nosokomial
  • Infeksi saluran napas
  • Infeksi intravena
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi luka operasi
  • Infeksi nosokomial bakterial pneumon adalah: 7 – 41% dg angka mortalitas 50 – 80%
  • Resiko pneumoni dihubungkan dg ventilator
    • Makin meningkat dg pertambahan hari ventilasi
    • Usia lanjut lebih besar resikonya
  • Tension pneumothorak
    • Penderita fighting
    • Batuk
    • Gerak dada tidak simetris
    • Suara napas kanan & kiri tidak sama
Tensi menurun tanpa sebab yg jelas, biasanya karena Atelektasis
  • Disebabkan: Sumbatan sputum
  • Perlu dilakukan:
Vibrasi, perkusi,drainase posturalPenghisapan sputum
  • Dpt dg bronchoscop lewat pipa endotrakhea atau trakheostomi
Luka dekubitus
  • Dihindari dg sering merubah posisi penderita & kasur anti dekubitus
Nutrisi
  • Pasien dg ventilasi mekanik harus dicukupi kebutuhan nutrisinya
  • Kalori     : 30 – 40 kal/kgBB
  • Protein    : 1 – 2 gr/kgBB/hari
  • Keadaan staration menyebabkan
  • Otot mengecil
  • Enzym-enzym berkurang
  • Immunoglobulin & fraksi protein ↓
  • Hal-hal ini menyebabkan:
  • Daya tahan ↓ → mudah kena infeksi
  • Penyembuhan terhambat
  • Kesukaran pd waktu weaning karena otot napas yg lemah
Weaning (Disapih)
    • Penderita dg ventilator mekanik secepatnya disapih (weaning) → bila telah memungkinkan
  • Pertimbangan untuk weaning:
  • Penyakit penyebab telah membaik
  • Otot pernapasan cukup kuat
  • Memenuhi kriteria yg berlawanan dg kriteria ntuk pemasangan ventilator mekanik
  • Pada waktu weaning:
Harus tidak ada sisa obat pelumpuh otot atau sedativa
  • Pada umumnya weaning dilakukan bertahap:
  • Metoda yg digunakan untuk weaning:
  • IMV/ SIMV yg bertahap diturunkan frekuensi mandat ventilasi
  • PSV yg bertahap diturunkan bantuan tekanannya
  • CPAP tekanan positipnya diturunkan
  • T piece + humidifier
  • Selama proses weaning penderita diobservasi:
    • Keluhan
    • Fungsi vital
    • Tanda-tanda aktivitas simpatis
  • Berkeringat
  • Gelisah
  • Takhikardia
  • Tensi naik
KESIMPULAN
  • Ventilator → alat life supporting sangat diperlukan
  • Mode ventilaton harus tepat → supaya pertukaran gas yang adekuat tercapai
  • Diperlukan monitoring
  • Di ICU alat yang canggih harus didukung oleh:
  • Personil
  • Metode kerja
  • Manajemen berkualitas tinggi agar dicapai hasil yang maksimal
Sumber:
Materi DIKLAT, dr Ganda Sibabiat, Sp. An, KIC. Jakarta: 2011  (http://raidnhh.wordpress.com/2011/08/13/ventilator-di-unit-perawatan-intensif/)

  • VARIABEL DALAM MODE VENTILATOR
VARIABELRANGESETA/C ( VCV )PCVSIMV ( V )SIMV (P)+PSVSPONTKETERANGAN
VT50-15008-10cc/ kgBBsesuai rumus
f5 – 3512 -18sesuai (MV = TV x RR) yg diinginkan
TI0.5 – 4.01.2 – 1.3i:E ratio (E > 2, pd COPD)
TP0 – 0.60 – 0.6?
Pinsp5 – 3535Pinsp =(MV x BB) : PpeakEx: (BB=50 ; RR=12)
Psens0 – (-20)-2trigger (usaha napas px)
PEEP/ CPAP0 – 20-2tek positif pd alveoli saat akhir ekspirasi (leih negative pada ALO/ atelektasis)
Fi O2 %21-100sesuai. kebutuhan60-10060-10060-10040-10040-100fraksi inspirasi oksigen

VARIABEL DALAM MODE VENTILATOR
VARIABELRANGESETA/C ( VCV )PCVSIMV ( V )SIMV (P)+PSVSPONTKETERANGAN
VT50-15008-10cc/ kgBBsesuai rumus
f5 – 3512 -18sesuai (MV = TV x RR) yg diinginkan
TI0.5 – 4.01.2 – 1.3i:E ratio (E > 2, pd COPD)
TP0 – 0.60 – 0.6?
Pinsp5 – 3535Pinsp =(MV x BB) : PpeakEx: (BB=50 ; RR=12)
Psens0 – (-20)-2trigger (usaha napas px)
PEEP/ CPAP0 – 20-2tek positif pd alveoli saat akhir ekspirasi (leih negative pada ALO/ atelektasis)
Fi O2 %21-100sesuai. kebutuhan60-10060-10060-10040-10040-100fraksi inspirasi oksigen
Sumber:
Materi DIKLAT, dr Ganda Sibabiat, Sp. An, KIC. Jakarta: 2011  (http://raidnhh.wordpress.com/2011/08/13/ventilator-di-unit-perawatan-intensif/)

Rabu, 04 Desember 2013

Konsep Mengangkut Pasien



Konsep 

mengangkut pasien yang terluka menggunakan pesawat dalam Pelayanan Medis Darurat memiliki asal-usul dari militer dan konsep menggunakan pesawat sebagai ambulans hampir setua penerbangan itu sendiri.

Catatan tertulis pertama dari istilah "ambulans udara" adalah di Jules Verne Robur le Conquerant (1866), yang menggambarkan penyelamatan para pelaut terdampar, oleh pesawat (balon) bernama Albatross. Penyelamatan ini didokumentasikan pertama dari sebuah ambulans udara terjadi selama Pengepungan Paris pada tahun 1870. Pesawat balon digunakan untuk mengevakuasi lebih dari 160 tentara dari kota yang terkepung itu.

Perang dunia pertama,

pesawat Air Ambulance pertama kali digunakan untuk menerbangkan seorang perwira Serbia dari medan perang ke rumah sakit menggunakan pesawat dari Air Service Prancis. Data ini disimpan oleh Perancis menunjukkan bahwa jika korban bisa dievakuasi melalui udara dalam waktu enam jam dari cedera, tingkat kematian akan turun dari 60 persen menjadi kurang dari 10 persen .

Selama perang dunia pertama, ambulans udara digunakan oleh berbagai organisasi militer. Pesawat masih primitif pada saat itu, dengan kemampuan terbang yang terbatas, pada tahun 1936 layanan ambulans udara sudah terorganisir, militer mengevakuasi tentara yang terluka dari Perang Saudara Spanyol untuk perawatan medis di Nazi Jerman.

Penerbangan ambulans pertama yang tercatat di Inggris terjadi di tahun 1917 , ketika seorang tentara di Camel Corps , yang telah ditembak di pergelangan kakinya di Turki , diterbangkan ke sebuah rumah sakit di de Havilland DHH dalam waktu 45 menit. Perjalanan yang sama melalui darat akan membutuhkan 3 hari perjalanan . Di Inggris, penumpang yang sakit diangkut melalui udara dari Kepulauan Barat Skotlandia ke daratan di awal 1930-an. penerbangan pertama tersebut tercatat pada tanggal 14 Mei tahun 1933 ketika seorang nelayan yang menderita perut berlubang, dengan risiko peritonitis, diterbangkan dari Islay ke Glasgow's Western Infirmary in a DH Dragon dilakukan oleh “Midland and Skotlandia Air Ferries”.

Switzerland

Dengan meningkatnya minat dalam olahraga musim dingin setelah awal awal Perang Dunia ke dua, kesulitan penggunaan ambulans udara berkembang ,Penyelamatan dilakukan di pegunungan. Awalnya pesawat sayap tetap digunakan, Pendaratan tim medis dengan peralatan dilakukan sedekat mungkin dengan pasien yang terluka sehingga pertolongan pertama dapat diterapkan secepat mungkin sebelum evakuasi.

Untuk mengatasi kurangnya tempat pendaratan yang cocok dekat dengan insiden di daerah pegunungan, bahkan pada satu tahap diusulkan pendaratan team medis menggunakan parasut dengan peralatan dan kereta luncur ke daerah penyelamatan. Meskipun pelatihan dilakukan, tidak ada bukti dokumenter yang menunjukkan bahwa teknik ini pernah dipraktekkan.


Burma

Evakuasi medis dengan helikopter terjadi pada Perang Dunia II yang didokumentasikan . Pada bulan April 1944, pesawat Angkatan Udara AS tiga tentara Inggris jatuh di hutan di daerah kekuasaan Jepang dekat Mawlu di Burma.helicopter US Army Sikorsky YR-4B dengan pilot Letnan Carter Harman, hanya bisa membawa satu penumpang, antara 25-26 April 1944 dilakukan 4x pernerbangan untuk menyelamatkan mereka.

Setelah akhir Perang Dunia Kedua, ambulans udara sipil pertama di Amerika Utara didirikan oleh pemerintah Saskatchewan di Regina, Saskatchewan, Kanada. 
Amerika Serikat, 1947 Schaefer Air Service, memberi layanan ambulans udara pertama di negara itu. Didirikan oleh J. Walter Schaefer, Schaefer Ambulance Service berada di Los Angeles, Schaefer Air Service juga yang pertama mendapat sertifikat FAA layanan ambulans udara di Amerika Serikat. pasien didampingi oleh seorang dokter atau perawat, mereka beroperasi sebagai jasa transportasi medis.

Korea

Penggunaan helikopter dilakukan oleh pasukan AS terjadi selama Perang Korea, 1950-1953. helikopter sangat popular karena membawa pasien dari medan tempur ke rumah sakit lapangan atau membawa pasien dari rumah sakit lapangan ke rumah sakit kapal laut . Pada tanggal 4 Agustus 1950, hanya satu bulan setelah dimulainya Perang Korea, evakuasi medis pertama dengan helicopter dilakukan menggunakan a bubble-fronted Bell 47 . Yang terluka diangkut dengan tandu keranjang melekat pada bagian atas landing gear di luar helikopter kecil . Mereka ditutupi dengan selimut untuk mempertahankan panas tubuh dan mencegah kontaminasi luka. Diperkirakan bahwa lebih dari 20.000 tentara yang terluka dievakuasi dengan helikopter. Korban Perang Dunia II angka kematian 4,5 kematian per 100 korban turun menjadi 2,5 per 100 korban selama Perang Korea. Sementara ada beberapa kemajuan teknologi di bidang kedokteran selama periode itu, peningkatan ini terutama disebabkan oleh penggunaan helikopter untuk mengevakuasi pasien ke perawatan definitif lebih cepat, sayangnya tidak bisa dilakukan perwatan medis selama evacuasi.

Vietnam

Kemajuan besar berikutnya dalam transportasi Ambulance udara terjadi selama Perang Vietnam, di mana helikopter Bell UH-1 ditempatkan ke dalam operasi. Yang dikenal sebagai Huey, pesawat ini cukup besar untuk menampung pasien , di mana tenaga medis bisa memulai perawatan selama penerbangan ke rumah sakit lapangan. Penggunaan pesawat ini sebagai unit evakuasi medis mengurangi keterlambatan rata-rata sampai satu jam. Kemampuan untuk membawadan merawat pasien dalam pesawat adalah kunci elemen dalam mengurangi mortalitas dan morbiditas. Petugas medis militer mampu melakukan prosedur yang sebelumnya hanya dilakukan oleh dokter: mereka mulai dengan memasang infuse, menjahit luka perdarahan, dan tracheostomi . Perawatan ini, ditambah dengan inisiasi rumah sakit khusus untuk pengobatan berbagai jenis luka, mengakibatkan penurunan angka kematian sampai 1 kematian per 100 korban.

Aplikasi pada sipil dikenal sebuah helikopter medis tahun 1958 di Etna, California. Bill Mathews, seorang pengusaha, memulai layanan helikopter untuk mengangkut pasien untuk Dr Granville Ashcraft, satu satunya dokter di kota tsb. Distribusi obat emergency juga menggunakan helicopter 

Pada 1969, di Vietnam, disimpulkan bahwa prajurit yang terluka dalam pertempuran memiliki tingkat hidup yang lebih baik dari pengendara yang terluka di jalan raya California bila digunakan helikopter sebagai ambulans dan prajurit yang terlatih sebagai perawat 

Helikopter telah digunakan secara luas di Irak dan Afganistan untuk evakuasi medis tentara yang terluka dari medan perang. Sementara kedua negara memiliki gurun lingkungan yang sulit untuk mengambil korban , puncak gunung Afganistan yang setinggi 18.000 kaki semakin mempersulit misi pertolongan . Karena daerah yang luas dan juga medan pegunungan, mengevakuasi korban sering melampaui apa yang dokter sebut "jam emas( 60 menit pertama ) sejak seorang yang terluka harus mencapai rumah sakit sebelum peluang kelangsungan hidup mereka menurun. Jadi petugas medis telah mulai melakukan prosedur darurat di dalam helikopter .
Di Jerman misalnya, sekarang ada jaringan helikopter yang telah berkembang selama dua puluh tahun terakhir untuk melayani seluruh negeri. Statistik yang telah dikumpulkan selama periode waktu ini menunjukkan:
1. Waktu respon rata-rata ke tempat kejadian hanya 10 menit.
2. Tetap perawatan intensif di rumah sakit telah diturunkan menjadi lima sampai tujuh hari.
3. Penurunan infeksi luka 9% lebih sedikit.
4. Sebuah penurunan yang signifikan dalam jumlah kematian selama transportasi ke rumah sakit.
5. Kematian karena cedera kepala telah dikurangi sebesar 15%.

INDONESIA AIR AMBULANCE 

Divisi El John Medika didirikan akhir 2009 dimana Indonesia Air Ambulance terlahir dari klien klien EL John Indonesia yang mengalami musibah dan harus di evakuasi medis ke luar negeri.

Seiring dengan waktu permintaan permintaan rujukan ke Rumah sakit di Jakarta dan Rumah sakit di luar negeri meningkat, hingga akhir tahun 2011, Indonesia Air Ambulance telah membantu menyelamatkan lebih dari 50 pasien dengan menggunakan pesawat charter saja.